Gangguan tumbuh kembang anak adalah kondisi di mana anak mengalami keterlambatan atau gangguan dalam proses pertumbuhan fisik, motorik, kognitif, emosional, atau sosial sejak usia dini.
Proses ini melibatkan berbagai aspek, mulai dari:
Perkembangan motorik:
Motorik kasar: Kemampuan menggunakan otot besar, seperti berjalan, berlari, atau melompat.
Motorik halus: Kemampuan menggunakan otot kecil, seperti memegang pensil, menggunting, atau mengikat tali sepatu.
Perkembangan kognitif: Kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan menghitung.
Perkembangan bahasa: Kemampuan berkomunikasi, baik verbal berbicara maupun non-verbal gestur atau menulis.
Perkembangan sosial, emosional, dan kemandirian: Kemandirian anak mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan, mulai dari kemampuan merawat diri sendiri seperti makan, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri, hingga kemampuan bertanggung jawab atas tugas-tugas sederhana, kemampuan berinteraksi dengan orang lain, mengelola emosi, dan memahami perasaan diri sendiri serta orang lain.
Baca juga: “Anakku Usia 2 Tahun Kok Belum Bisa Ngomong?”
Tumbuh kembang anak merupakan proses kompleks yang meliputi dua aspek utama:
Pertumbuhan (Growth): Berkaitan dengan perubahan fisik tubuh, seperti meningkatnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik, nutrisi, dan kesehatan anak.
Perkembangan (Development): Berkaitan dengan peningkatan fungsi dan kemampuan anak, seperti kemampuan motorik kasar dan halus, kemampuan kognitif untuk berpikir, belajar, memecahkan masalah, kemampuan bahasa untuk berbicara dan memahami kota kata, serta kemampuan sosial dan emosional untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengelola emosi yang mana perkembangan ini dipengaruhi oleh stimulasi, lingkungan, dan interaksi sosial.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal seperti genetik, gizi, penyakit yang diderita maupun eksternal seperti lingkungan bermain, pola asuh, dan stimulasi yang didapatkan.
Beberapa tanda yang dapat menjadi indikator adanya gangguan tumbuh kembang anak meliputi:
Keterlambatan berbicara atau berkomunikasi.
Kesulitan dalam bergerak atau koordinasi.
Tidak merespon pada lingkungan sekitarnya.
Kesulitan dalam berinteraksi sosial.
Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan atau keterlambatan dalam perkembangan anak sebelum masalah tersebut menjadi lebih serius.
Berikut adalah beberapa jenis metode deteksi dini yang dapat dilakukan.
Deteksi dini fisik melibatkan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk memantau pertumbuhan fisik anak, termasuk memeriksa tinggi dan berat badan, lingkar kepala, serta perkembangan motorik kasar dan halus untuk menilai status gizi anak.
Deteksi dini kognitif bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam perkembangan berpikir dan belajar anak.
Biasanya, anak yang mengalami masalah dengan kemampuan kognitif akan kesulitan memahami instruksi atau lambat dalam memecahkan masalah serta belajar hal baru karena memengaruhi pemikiran, persepsi, dan ingatan.
Untuk mengetahuinya, dapat dilakukan melalui observasi aktivitas sehari-hari anak, serta tes perkembangan kognitif yang sesuai dengan usia.
Ciri umum yang bisa dilihat dari:
Usia 1 tahun tidak menunjuk benda, tidak fokus, tidak cari objek tersembunyi.
Usia 2 tahun tidak tahu fungsi benda umum, tidak bisa ikuti instruksi sederhana.
Anak dengan gangguan sensorik umumnya menjadi hipersensitif atau kurang responsif terhadap rangsangan sensorik, seperti suara, sentuhan, atau cahaya.
Para orang tua bisa menggunakan Tes Daya Lihat (TDL) dan Tes Daya Dengar (TDD) untuk memastikan fungsi penglihatan dan pendengaran anak berkembang dengan baik.
Pemeriksaan ini melibatkan pemantauan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain dan mengekspresikan diri ataupun emosinya.
Ciri-ciri:
Usia 3 bulan tidak tersenyum atau perhatikan wajah orang.
Usia 7 bulan tidak tertarik pada orang tua, tidak senang diajak bermain.
Usia 1 tahun tidak merespons saat dipanggil.
Cara yang dilakukan adalah menggunakan instrumen seperti Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) untuk mengidentifikasi gangguan seperti autisme, gangguan pemusatan perhatian, dan hiperaktivitas.
Baca juga: Apa Perbedaan Terapi Okupasi dan Terapi Sensori Integrasi? Ini Manfaat dan Metodenya
Gangguan motorik pada anak dibagi menjadi motorik kasar (otot besar) dan motorik halus (otot kecil). Keterlambatan dalam kemampuan motorik kasar misalnya, terlambat berjalan, merangkak, atau duduk dan motorik halus bisa dilihat dari kesulitan menggenggam benda.
Ciri-ciri gangguan motorik pada anak:
Usia 3-4 bulan tidak berusaha pegang benda, tidak bisa topang kepala, tidak memasukkan benda ke mulut.
Usia 7 bulan tidak meraih benda, sulit memasukkan benda ke mulut, tidak bisa duduk tanpa bantuan.
Usia 1 tahun tidak merangkak.
Usia 2 tahun tidak bisa berjalan.
Anak kesulitan berbicara, memahami perkataan, kurang ekspresif, dan tidak bisa mengungkapkannya dalam berkomunikasi, ciri-cirinya bisa diketahui dari:
Usia 3-4 bulan belum mengoceh.
Usia 6-7 bulan belum menoleh saat dipanggil.
Usia 1 tahun belum bisa ucapkan kata sederhana.
Usia 2 tahun belum bisa bicara 15 kata dan hanya meniru ucapan.
Gangguan perkembangan yang mempengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.
Gangguan yang ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas.
Mempengaruhi kemampuan anak memproses informasi, berkaitan dengan akademik yang memiliki ciri sulit menulis atau membaca huruf.
Jenis gangguan belajar terbagi menjadi 3, yaitu:
Disleksia: Sulit mengeja, membaca, berbicara.
Disgrafia: Sulit menulis, tulisan tidak jelas.
Diskalkulia: Sulit pahami matematika dasar.
Baca juga: 10 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Ada beberapa anak yang mengalami gangguan secara visual dan auditori seperti:
Gangguan penglihatan: Rabun dekat, rabun jauh, mata juling, sulit fokus, sulit koordinasi tangan dan mata, penglihatan ganda.
Gangguan pendengaran: Masalah pada telinga bagian dalam, tengah, atau luar, dan saraf pendengaran.
Sehingga menyebabkan anak Kesulitan melihat atau mendengar dengan jelas serta sering menggosok mata atau memiringkan kepalanya karena tidak paham dengan apa yang dilihat dan didengar.
Agar pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang anak dapat dilakukan secara menyeluruh dan berkualitas, perlu dilakukan berbagai kegiatan seperti:
Stimulasi yang memadai.
Deteksi dini.
Intervensi dini gangguan tumbuh kembang anak.
Gangguan tumbuh kembang anak adalah masalah yang serius, namun dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat, banyak anak dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Penting bagi orang tua dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mendukung perkembangan anak.
Dengan memahami tanda-tanda gangguan dan mengambil langkah-langkah proaktif, kita dapat membantu anak-anak kita mencapai potensi penuh mereka.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang kesehatan dan kecerdasan anak didik, yaitu:
Faktor gizi.
Faktor pelayanan kesehatan.
Faktor lingkungan baik fisik maupun sosial.
Faktor perilaku.
Melalui kerja sama dengan IDAI, Kementerian Kesehatan telah menentukan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak yang ditujukan untuk tenaga kesehatan di tingkat pelayanan dasar. Pedoman ini berisi berbagai alat bantu untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak usia 0-6 tahun.
Baca juga: Gangguan Sensori Integrasi - Jenis, Ciri, Faktor Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala memberikan banyak manfaat:
Deteksi dini masalah: Pemantauan rutin membantu mengidentifikasi gangguan atau keterlambatan perkembangan sejak dini, sehingga intervensi dapat dilakukan lebih cepat.
Intervensi dini tepat: Mencegah dampak negatif jangka panjang, seperti kesulitan belajar atau masalah perilaku.
Optimalkan potensi: Memberikan stimulasi yang tepat untuk memaksimalkan potensi anak.
Meningkatkan kualitas hidup: Tumbuh kembang optimal meningkatkan kualitas hidup anak secara keseluruhan.
Mendukung potensi anak: Dengan memahami tahapan tumbuh kembang, orang tua dapat memberikan stimulasi yang tepat untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Membangun ikatan emosional: Mengetahui kebutuhan anak pada setiap tahap tumbuh kembang membantu orang tua membangun hubungan yang lebih erat dan harmonis.
Mencegah masalah di masa mendatang: Deteksi dan penanganan dini gangguan tumbuh kembang dapat mencegah masalah yang lebih serius di kemudian hari, seperti kesulitan belajar atau gangguan perilaku.
RSIA Kemang Medical Care memahami bahwa penanganan gangguan tumbuh kembang anak membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Oleh karena itu, kami menyediakan berbagai layanan kesehatan yang lengkap, didukung oleh tim dokter spesialis dan berpengalaman di bidangnya.
Layanan-layanan tersebut meliputi Dokter Anak yang berperan dalam memantau tumbuh kembang anak secara umum, Psikolog yang membantu menangani masalah psikologis dan emosional anak, Dokter Rehabilitasi Medik yang membantu mengembangkan kemampuan motorik halus dan kasar anak melalui fisioterapi dan terapi okupasi, serta Dokter Tumbuh Kembang Anak yang membantu mengatasi masalah bicara dan bahasa pada anak melalui terapi wicara.
Dengan adanya layanan yang lengkap dan terintegrasi ini, RSIA Kemang Medical Care berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Bagi para orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya ke Poliklinik RSIA Kemang Medical Care, bisa buat janji melalui layanan Appointment di 0811-93-5454. Lihat jadwal Dokter RSIA Kemang Medical Care.
Kami juga telah hadir untuk memudahkan proses pendaftaran melalui aplikasi yang bisa diunduh di sini.
Referensi:
https://lms.kemkes.go.id/courses/b2d7bbf9-1689-43e7-adf3-de1aa2255c92. Diakses 31 Januari 2025.
https://peraturan.bpk.go.id/Details/154776/permenkes-no-66-tahun-2014. Diakses 31 Januari 2025.