• 021-7883886

    Please feel free to contact our friendly reception staff with any general or medical enquiry.

post image

Deteksi Tumbuh Kembang Anak - Jenis, Metode, Manfaat, dan Cara Melakukannya

Deteksi dini tumbuh kembang anak (DDTK) adalah proses pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi masalah pada tumbuh kembang anak atau tidak.

Cara ini merupakan kunci penting bagi para orang tua untuk mengidentifikasi adanya keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia dini yang diakibatkan dari kurangnya nutrisi yang cukup, kurangnya stimulasi, dan kurangnya lingkungan yang mendukung sebagai wadah belajar anak.

Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Untuk para orang tua yang baru memiliki anak, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi masalah atau tidaknya pada tahapan tumbuh kembang anak dengan melakukan deteksi sedini mungkin.

1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Para orang tua bisa melihat kondisi fisik anak untuk mengetahui dan menemukan status gizi kurang/buruk, serta mengidentifikasi masalah pertumbuhan seperti stunting (pendek) atau obesitas. Cara deteksinya dapat dilakukan dengan cara pengukuran antropometri, yaitu:

  • Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB).

  • Tinggi Badan menurut Umur (TB/U).

  • Berat Badan menurut Umur (BB/U).

  • Lingkar Kepala Anak (LKA).

2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Dalam mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar dapat dilakukan dengan cara skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan:

  • Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk usia 0-6 tahun.

  • Tes Daya Dengar (TTD).

  • Denver Development Screening Test (DDST) untuk menilai perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan sosial.

3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi penyimpangan mental dan emosional bertujuan adalah untuk mengetahui adanya masalah pada mental emosional anak, seperti autisme, depresi, atau gangguan perilaku.

Cara ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis khusus di rumah sakit dengan menggunakan alat tes atau kuesioner khusus untuk menilai aspek emosional dan perilaku anak.

Cara Melakukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Sumber gambar: siakpel.kemkes.go.id

Untuk melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memantau perkembangan anak dari waktu ke waktu.

1. Memahami Tahap Perkembangan Anak

Untuk melakukan deteksi masalah tumbuh kembang anak, bisa dilakukan dengan beberapa metode:

  • Menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang merupakan alat sederhana untuk memantau pertumbuhan anak (berat badan, tinggi badan, lingkar kepala) secara berkala.

  • Memperhatikan tonggak perkembangan anak sesuai usianya.

    • Bayi (0-12 bulan): Tahap ini ditandai dengan perkembangan pesat dalam kemampuan motorik (mengangkat kepala, berguling, duduk, merangkak), sensorik (melihat, mendengar, merasakan), bahasa (berbicara), sosial (berinteraksi dengan orang lain).

    • Toddler (1-3 tahun): Pada tahap ini, anak mulai berjalan, berbicara, memahami emosi, dan belajar berinteraksi dengan orang lain.

    • Prasekolah (3-5 tahun): Anak-anak prasekolah semakin aktif, kreatif, dan ingin tahu. Mereka mengembangkan keterampilan bahasa yang lebih kompleks, belajar berinteraksi dengan teman sebaya, dan mulai memahami konsep abstrak.

    • Usia Sekolah (6-12 tahun): Pada usia ini, anak-anak mengembangkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi, belajar membaca, menulis, dan berhitung. 

    • Remaja (13-18 tahun): Tahap remaja ditandai dengan perubahan fisik dan emosional yang signifikan. 

  • Menggunakan buku panduan KIA.

2. Melakukan Pengamatan Kegiatan Sehari-hari (Observasi) 

Amati aktivitas harian anak untuk melihat apakah ada yang tidak biasa atau mengkhawatirkan.  Para orang tua bisa mulai mengamati perilaku dan kemampuan anak dalam berbagai situasi, seperti saat bermain, berinteraksi dengan orang lain, atau melakukan tugas tertentu.

Melakukan identifikasi awal dan mengenal gejala masalah sedini mungkin dapat membantu proses pra-screening.

3. Melakukan Pemeriksaan Kondisi Fisik

Mengukur parameter antropometri atau pertumbuhan fisik seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan memeriksa kondisi kesehatan anak secara umum.

4. Berkonsultasi dengan Dokter

Jika Anda merasa ada yang tidak beres dengan perkembangan anak Anda, konsultasikan dengan dokter anak. 

RSIA Kemang Medical Care sebagai rumah sakit ibu dan anak, memiliki Dokter Tumbuh Kembang Anak yang bisa memberikan terapi yang sesuai.

Metode Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak di Rumah Sakit

1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau disebut juga dengan golden age adalah masa keemasan tumbuh kembang anak yang berlangsung sejak dilahirkan hingga anak berusia 3 tahun yang akan mulai mengalami perkembangan fisik, kognitif, dan emosional.

Dalam fase ini, ada beberapa metode deteksi dini yang bisa digunakan untuk menganalisis berbagai masalah perkembangan anak.

Sumber gambar: paudpedia.kemdikbud.go.id

1. Deteksi Dini

Bertanya kepada orang tua atau pengasuh mengenai riwayat perkembangan anak, kebiasaan, dan perilaku sehari-hari.

2. Skrining Kondisi Anak

Skrining ini bertujuan untuk mengidentifikasi anak-anak yang berisiko mengalami masalah tumbuh kembang. 

Skrining dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau alat skrining standar untuk menilai perkembangan anak berdasarkan usia, contohnya KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) atau  Denver Development Screening Test (DDST).

3. Diagnosis 

Setelah mendapatkan hasil analisa yang akurat, tim dokter akan segera memberikan rekomendasi terapi stimulasi yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak seperti mengajak anak bermain, berbicara, membaca, dan melakukan aktivitas lain yang dapat merangsang perkembangan motorik, kognitif, dan sosial emosionalnya.

Baca juga:  10 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pemantauan Melalui Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021, pemantauan tumbuh kembang merupakan bagian dari kegiatan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), konseling tumbuh kembang, dan pemberian makan pada balita. 

SDIDTK adalah kegiatan menganalisa serta memantau aspek tumbuh kembang anak secara menyeluruh. Kegiatan ini mencakup tiga komponen utama:

  • Stimulasi: Kegiatan stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh anak, baik fisik, mental, emosional, maupun sosial. Stimulasi yang tepat dapat membantu anak mengembangkan intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

  • Deteksi Dini: Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyimpangan tumbuh kembang yang tidak sesuai dengan keadaan normal sejak awal. Dengan deteksi dini, masalah tumbuh kembang anak dapat diatasi lebih cepat dan efektif.

  • Intervensi: Intervensi adalah kegiatan untuk mengoreksi, memperbaiki, dan mengatasi masalah atau penyimpangan tumbuh kembang yang telah terdeteksi. Intervensi yang tepat dapat membantu anak mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Kegiatan SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) meliputi: 

  • Pemeriksaan kesehatan.

  • Pemantauan berat badan.

  • Deteksi dini tumbuh kembang.

  • Menentukan klasifikasi penyakit, keadaan gizi, dan penyimpangan tumbuh kembang.

  • Melakukan intervensi atau tindakan spesifik.

Cara melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak bisa dilakukan mulai dari rumah, posyandu, puskesmas, hingga fasilitas kesehatan di rumah sakit, seperti:

  • Mengukur antropometri, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas.

  • Memantau perkembangan kemampuan gerak, bahasa, sosial, dan kognitif.

  • Melakukan pemeriksaan neurologi untuk mengetahui adanya palsi serebralis.

  • Melakukan anamnesis untuk mengetahui adanya penyakit metabolik.

Stimulasi dan pemantauan tumbuh kembang, termasuk deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang, dapat dilakukan di tingkat keluarga dan masyarakat dengan memanfaatkan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Mengutip informasi dari situs siakpel.kemkes.go.id mengenai Modul Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah Tahun 2023, Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memiliki peran penting dalam perawatan, stimulasi, dan deteksi dini tumbuh kembang bayi yang dapat digunakan sejak bayi lahir hingga usia kehamilan 50 minggu (usia koreksi 10 minggu). 

Setelah itu, pemantauan dapat dilanjutkan dengan buku KIA yang sama, dengan tetap menggunakan usia koreksi hingga bayi berusia 2 tahun. Berikut ini beberapa kriteria tumbuh kembang anak tidak optimal berdasarkan KIA.

  • Bayi berat lahir kurang dari 2500 gram.

  • Bayi panjang lahir kurang dari 45 cm

  • Usia kehamilan ≤ 37 minggu.

Pemantauan tumbuh kembang anak menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah bagian penting dari evaluasi setiap intervensi yang dilakukan. 

Berikut ini beberapa pertanyaan umum dalam buku panduan KIA.

  • Bayi bisa mengangkat kepala mandiri hingga 45?

  • Bayi bisa menggerakan kepala dari kiri/kanan ke tengah?

  • Bayi bisa melihat dan menatap wajah anda?

  • Bayi suka tertawa keras?

  • Bayi bereaksi terkejut terhadap suara keras?

  • Bayi bisa mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh?

  • Bayi membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum?

  • Bayi mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak?

  • Anak bisa berjalan lurus?

  • Anak bisa berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik?

  • Anak bisa mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10?

  • Anak bisa mengenal warna-warni?

  • Anak bisa mengungkapkan simpati?

  • Anak bisa berpakaian sendiri tanpa dibantu?

Dengan menggunakan buku KIA, guru atau orang tua dapat memantau tumbuh kembang anak secara teratur dan objektif. 

Hal ini membantu diagnosis yang tidak tepat mengenai jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada anak. 

Jika anak telah didiagnosis sebagai ABK oleh ahli, guru dapat menyesuaikan dan memodifikasi program pembelajaran yang ada menggunakan 10 prinsip pembelajaran di satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu:

  • Belajar melalui bermain.

  • Berorientasi pada perkembangan anak.

  • Berorientasi pada kebutuhan anak.

  • Berpusat pada anak.

  • Pembelajaran aktif.

  • Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter.

  • Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup.

  • Didukung oleh lingkungan yang kondusif.

  • Berorientasi pada pembelajaran yang demokratis.

  • Pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber.

Baca juga:  Fisioterapi Untuk Mengatasi Keterlambatan Fungsi Motorik Anak

Mengapa Deteksi Dini Penting?

Pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala memiliki banyak manfaat, di antaranya:

1. Mencegah Masalah Tumbuh Kembang Anak 

Dengan mendeteksi masalah sejak dini, para orang tua dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah masalah tersebut berkembang menjadi lebih serius.

2. Memaksimalkan Potensi Anak

Deteksi dini memungkinkan intervensi yang tepat waktu dapat membantu anak mengatasi kesulitan dan mencapai potensi penuh mereka. 

Tumbuh kembang yang optimal akan meningkatkan kualitas hidup anak secara keseluruhan, baik dalam aspek fisik, kognitif, sosial, maupun emosional.

Dengan memantau tumbuh kembang, orang tua dan tenaga kesehatan dapat memberikan stimulasi yang tepat untuk memaksimalkan potensi anak.

3. Memberikan Dukungan yang Tepat

Deteksi dini memberikan informasi yang diperlukan untuk memberikan dukungan yang tepat bagi anak dan keluarga. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik.

4. Meningkatkan Peluang Keberhasilan Intervensi

Intervensi dini dapat mencegah dampak negatif yang lebih besar di kemudian hari, seperti kesulitan belajar, masalah perilaku, atau gangguan perkembangan lainnya.

Semakin cepat masalah terdeteksi, semakin besar peluang intervensi berhasil dan anak dapat mengejar ketertinggalannya.

5. Mengurangi Resiko Jangka Panjang

Masalah tumbuh kembang yang tidak ditangani sejak dini dapat berdampak negatif pada kemampuan belajar, interaksi sosial, dan kesehatan mental anak di kemudian hari.

6. Deteksi Dini Masalah Tumbuh Kembang

Dengan pemantauan rutin, keterlambatan atau penyimpangan dalam tumbuh kembang dapat dideteksi sejak awal. Semakin dini masalah terdeteksi, semakin besar peluang untuk intervensi yang efektif.

RSIA Kemang Medical Care memahami betapa pentingnya deteksi dini dalam mendukung tumbuh kembang optimal anak. 

Dengan Optimum Child Growth and Development Program, kami menyediakan layanan skrining yang komprehensif untuk mendeteksi secara dini adanya potensi gangguan atau keterlambatan tumbuh kembang anak. 

Deteksi dini memungkinkan intervensi yang tepat dan cepat, sehingga anak dapat mencapai potensi maksimalnya.

Semua Tim Dokter Tumbuh Kembang Anak RSIA Kemang Medical Care dapat memberikan pemantauan perkembangan secara akurat untuk membantu anak Anda tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya secara normal dan sehat dengan serangkaian pengobatan atau terapi yang diberikan.

 

Klik di sini untuk mendaftar secara online. 

Dapatkan informasi terupdate lainnya seputar jadwal dokter, appointment pasien, hingga akses semua layanan medis dengan lebih cepat melalui aplikasi terbaru kami. 

Download aplikasi RSIA Kemang Medical Care di Google Play Store sekarang!

 

Referensi: 

  • https://paudpedia.kemdikbud.go.id/uploads/pdfs/TINY_20220323_162328.pdf. Diakses 29 Januari 2025.

  • https://repositori.kemdikbud.go.id/506/1/03%20DETEKSI%20DINI.pdf. Diakses 29 Januari 2025.

  • https://siakpel.kemkes.go.id/upload/akreditasi_kurikulum/kurikulum-1-36393833-3333-4839-b730-303933353031.pdf. Diakses 29 Januari 2025.

  • https://siakpel.kemkes.go.id/upload/akreditasi_kurikulum/modul-1-35383539-3132-4532-b739-383433343231.pdf. Diakses 29 Januari 2025.

Share
Untitled-1
WhatsApp Appointment
search-icon-white (1)
Find a Doctor
Untitled-1
Mobile Apps
Untitled-1
Emergency 24 Hours