Perkembangan sosial emosional dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak usia dini yang mencakup kemampuannya untuk terus berkembang serta mengekspresikan emosi, menjalin hubungan yang erat, dan secara aktif melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya.
Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan dari sisi sosial dan emosional dapat membuatnya kurang responsif terhadap lingkungan karena kurangnya rasa kepercayaan diri, empati, dan kemampuan untuk menjalin interaksi dengan orang lain.
Memahami pentingnya tahapan perkembangan sosial emosional pada anak sangat penting bagi para orang tua agar mereka bisa membuka potensi terbaiknya untuk terus terhubung dengan diri sendiri dan lingkungannya.
Dilansir dari National Centre for Biotechnology Information, para orang tua sebaiknya memahami bagaimana tahapan perkembangan sosial emosional anak usia dini yang terbagi dalam beberapa tahapan berikut.
Bayi menunjukkan tiga emosi bawaan: marah, senang, takut, terlihat dari ekspresi wajah yang mereka tunjukkan dalam berbagai keadaan.
Ketika orang tua berbicara lembut atau tersenyum, maka bayi akan merespon dengan tersenyum atau menggerakkan bagian tubuhnya sebagai tanda penerimaannya.
Pada usia 2 bulan, bayi mulai menunjukkan perkembangan sosial-emosional yang lebih baik. Mereka mulai tersenyum, merespons dengan senyuman, menenangkan diri dengan mengisap jari, dan mulai menunjukkan kesukaan terhadap orang yang paling sering menghabiskan waktu bersama.
Memasuki 3 bulan, bayi juga mulai belajar mengenali wajah dan suara yang akrab, serta menunjukkan minat untuk berinteraksi dengan orang di sekitar mereka. Bayi belajar mengatur fungsi gerak tubuh dan merespon sentuhan atau rangsangan yang diberikan.
Dalam fase 4-5 awal, bayi mulai merespon timbal-balik lewat suara,memperhatikan objek sekitar, dan menunjukkan perasaannya melalui gerakan dan suara.
Bayi akan terlihat cemas atau takut pada orang asing atau yang baru dilihatnya dan segera mencari orang tua ataupun pengasuh yang sering bersama dengan mereka.
Hal ini normal karena bayi butuh kenyamanan dan ruang bermain. Pada bulan ke-8, mereka mengembangkan joint attention, mengikuti pandangan orang yang ada di dekatnya serta berbagi pengalaman.
Baca juga: Deteksi Tumbuh Kembang Anak - Jenis, Metode, Manfaat, dan Cara Melakukannya
Pada usia 12 bulan, bayi akan menggunakan tangannya untuk menunjuk sebagai bentuk meminta atau menginginkan sesuatu.
Memasuki 16 bulan - 18 bulan, mereka membawa atau selalu memegangi mainan yang diinginkan. Bayi sangat suka dengan permainan interaktif yang melibatkan rangsangan ekspresi seperti cilukba atau melambaikan tangan.
Pada 18-24 bulan, anak akan mulai bermain dengan mainan kesukaan mereka, entah itu puzzle, boneka, mobil-mobilan hingga bermain dengan anak seumurannya yang penuh dengan imajinasi.
Pola asuh yang baik akan membuat anak membangun inisiatif dalam berinteraksi. Pada 3 tahun, anak bermain interaktif, belajar berbagi, dan menguasai agresi.
Permainan imajinatif berkembang, tapi mereka belum bedakan realitas dan imajinasi hingga usia 4 tahun.
Pada usia 5 tahun, anak-anak umumnya lebih baik dalam mengelola emosi mereka dan dapat mengungkapkan berbagai perasaan yang lebih luas secara verbal dan melalui bahasa tubuh.
Anak mengikuti aturan sederhana, belajar memuji dan meminta maaf, serta menikmati waktu dengan teman sebaya.
Keterampilan mengambil perspektif mereka juga meningkat, memungkinkan mereka untuk menyadari bahwa orang lain mungkin memiliki pikiran dan perasaan yang berbeda dari mereka sendiri.
Anak mulai memahami aturan, tanggung jawab, dan menangani tugas sederhana yang diberikan. Dalam tahap ini, anak dapat menjelajahi ide baru, dan lebih dekat dengan teman sepermainannya.
Anak belajar bekerja sama dalam kelompok, mengikuti aturan permainan yang lebih rumit, dan memahami konsep keadilan
Anak-anak akan semakin percaya diri dan membuat keputusannya mandiri. Menuju remaja, mereka coba perilaku berisiko untuk eksplorasi emosi dan impresi teman.
Melalui bimbingan orang disekitarnya, anak bisa jauh lebih fokus mengembangkan apa yang mereka sukai.
Baca juga: 7 Hal yang Mengancam Tumbuh Kembang Anak! Kenali Berbagai Faktornya
Setiap anak berkembang dengan kecepatan uniknya sendiri. Namun, peran orang tua, keluarga, dan lingkungan sangat krusial dalam menstimulasi perkembangan sosial emosional yang sehat. Beberapa strategi yang dapat diterapkan:
Menjadi Contoh: Anak belajar melalui observasi. Tunjukkan cara berinteraksi sosial yang positif, mengelola emosi dengan sehat, dan menunjukkan empati.
Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Mendukung: Berikan rasa aman dan nyaman bagi anak untuk mengeksplorasi emosi mereka tanpa takut dihakimi.
Berkomunikasi Secara Terbuka: Ajak anak berbicara tentang perasaan mereka, bantu mereka mengidentifikasi emosi, dan ajarkan cara mengungkapkannya dengan tepat.
Mendorong Interaksi Sosial yang Positif: Fasilitasi kesempatan anak untuk bermain dan berinteraksi dengan teman sebaya dalam lingkungan yang terstruktur maupun bebas.
Mengajarkan Keterampilan Sosial: Ajarkan anak cara berbagi, bekerja sama, menyelesaikan konflik, dan menghormati orang lain.
Membantu Mengelola Emosi yang Sulit: Ajarkan strategi regulasi emosi seperti menarik napas dalam-dalam, berbicara tentang perasaan, atau mencari solusi bersama.
Memahami tahapan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah investasi berharga untuk masa depan mereka.
Dengan memberikan dukungan, stimulasi yang tepat, dan lingkungan yang kondusif, kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang berempati, resilien, dan mampu menjalin hubungan yang sehat sepanjang hidupnya.
Baca juga: 10 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Teori Erikson menggambarkan perkembangan kepribadian melalui delapan tahap krisis psikososial. Setiap tahap memiliki tugas perkembangan yang unik, dan keberhasilan atau kegagalan dalam mengatasi krisis ini mempengaruhi perkembangan individu selanjutnya.
Harapan.
Kemauan.
Tujuan.
Kompetensi.
Kesetiaan.
Cinta.
Perhatian.
Kebijaksanan.
Bersumber dari Paud Pedia, Seiring bertambahnya usia, pengalaman sosial anak-anak, terutama melalui bermain, memupuk perkembangan emosi mereka. Aktivitas bermain dan interaksi sosial memainkan peran penting dalam mematangkan emosi anak-anak.
RSIA Kemang Medical Care, sebagai rumah sakit yang berfokus pada layanan kesehatan ibu dan anak, mendukung perkembangan ini melalui pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kesejahteraan emosional dan sosial anak.
Dengan menyediakan layanan seperti konsultasi perkembangan anak, pendampingan orang tua, dan program edukasi tentang pola asuh yang mendukung tahapan perkembangan sosial emosional, RSIA Kemang Medical Care membantu orang tua memahami dan menstimulasi anak mereka sesuai kebutuhan pada setiap tahap usia tumbuh kembangnya.
Bagi yang ingin melakukan pendaftaran online, silahkan klik link berikut ini.
Download aplikasi RSIA Kemang Medical Care sekarang!
Sumber:
https://paudpedia.kemendikdasmen.go.id/galeri-ceria/ruang-artikel/tahapan-perkembangan-emosional-usia-3-6-tahun?ref=MTExMi1lOGZjNDY5NA&ix=NDctNGJkMWM0YjQ. Diakses 27 Mei 2025.
https://childdevelopmentinfo.com/child-development/erickson/. Diakses 27 Mei 2025.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534819/. Diakses 27 Mei 2025.