Keterlambatan bicara atau speech delay adalah kondisi di mana anak mengalami keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa dibandingkan dengan anak seusianya yang sering kali membuat orang tua khawatir.
Ketika anak belum mampu mengucapkan kata-kata sederhana atau berkomunikasi sesuai tahapan perkembangannya, wajar jika muncul pertanyaan "apa yang salah?" atau "bagaimana cara membantu anak saya agar lancar berbicaranya?"
Perlu dipahami, bahwa proses berbahasa melibatkan kognisi, sensorik, motorik, psikologis, emosi, dan pengaruh lingkungan.
Kemampuan kelancaran bicara menjadi indikator penting bagi perkembangan anak, karena dapat mengindikasikan gangguan seperti autisme, ADHD, kesulitan belajar, atau masalah neuropsikiatri.
Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2023, sekitar 5-8% anak prasekolah di Indonesia mengalami keterlambatan bicara, atau setara dengan 5-8 dari setiap 100 anak.
Seorang anak dianggap mengalami keterlambatan bicara jika pada usia 12 bulan belum mampu mengoceh (babbling), pada usia 16 bulan belum mengucapkan satu kata pun, atau pada usia 24 bulan belum dapat merangkai dua kata yang memiliki makna.
Deteksi dini sangat penting untuk mendukung anak mencapai potensi terbaiknya. Penanganan yang efektif dapat meningkatkan kemampuan bicara anak.
Penyebab keterlambatan bicara sangat beragam, mulai dari faktor lingkungan hingga kondisi medis.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di GSC Advanced Research and Reviews (2023), paparan smartphone lebih dari dua jam per hari pada anak usia 1-2 tahun meningkatkan risiko keterlambatan bicara hingga 6,2 kali lipat.
Faktor lain seperti gangguan pendengaran, autisme, kelainan struktur mulut (misalnya tongue-tie), atau kurangnya stimulasi verbal dari lingkungan juga sering menjadi pemicu masalah ini.
Sebagai orang tua, mengenali tanda-tanda keterlambatan bicara adalah langkah awal yang krusial.
Menurut IDAI, ada gejala yang harus diwaspadai:
Usia 0-6 bulan: Anak tidak menoleh jika dipanggil namanya dari belakang dan tidak ada babbling.
Usia 6-12 bulan: Anak tidak menunjukkan ekspresi wajah, tidak melakukan kontak mata, dan tidak mengoceh.
Usia 12-18 bulan: Anak tidak menggunakan gestur tubuh seperti menunjuk atau melambai dan tidak bisa mengucapkan 3-6 kosa kata.
Usia 18-24 bulan: Tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti pada usia 2 tahun.
Usia 2-3 tahun: Anak tidak dapat mengucapkan kata dengan jelas, hanya meniru kata tanpa menghasilkan kalimat spontan atau sulit menyatukan kata menjadi kalimat.
Meski setiap anak berkembang dengan kecepatan berbeda, berikut adalah tahapan umum perkembangan bicara berdasarkan usia.
Usia 0-3 Bulan: Bayi mengeluarkan suara tanpa makna (bahasa bayi) dan berkomunikasi lewat ekspresi, seperti tersenyum saat mendengar suara orang tuanya.
Usia 3-6 Bulan: Bayi memulai komunikasi dengan tangisan, lalu berkembang menjadi suara 'cooing' dan 'babbling', serta bereaksi terhadap nama dan emosi.
Usia 6-12 Bulan: Bayi mulai memahami nama, benda, dan konsep dasar seperti "ya"/"tidak", mengucapkan kata sederhana seperti "mama" dan "papa" dengan pemahaman, serta menggunakan isyarat.
Usia 12-18 Bulan: Anak dapat meniru kata, dan memahami perintah sederhana serta kosakatanya berkembang pesat mencapai 5-50 kata pada usia 18 bulan.
Usia 18-24 Bulan: Anak menguasai 3-6 kata dasar yang membentuk kalimat, dapat mengenali nama orang, benda, serta bagian tubuh yang dapat dimengerti orang lain untuk anak usia dua tahun
Usia 2-3 Tahun: Hampir semua perkataan anak dapat dimengerti, menggunakan kalimat 2-3 kata atau lebih, dan mulai menggunakan kalimat tanya. Anak dapat menyebutkan nama benda, mengenal warna, serta senang bernyanyi.
Usia 3-5 Tahun: Anak dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis kelamin, menggunakan kalimat panjang, serta perkataannya sepenuhnya dimengerti pada usia 4 tahun. Mereka juga mampu menceritakan pengalaman dengan rinci.
Baca juga: “Anakku Usia 2 Tahun Kok Belum Bisa Ngomong?”
Keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh berbagai faktor, beberapa penyebab umum yang terjadi meliputi:
Gangguan Pendengaran: Ini adalah salah satu penyebab paling umum. Anak yang tidak dapat mendengar dengan jelas serta kesulitan meniru dan belajar berbicara.
Masalah Mulut: Gangguan pada lidah (misalnya, tongue-tie atau ankyloglossia yang parah), langit-langit mulut, atau masalah koordinasi otot bicara dapat memengaruhi kejelasan pita suara.
Gangguan Perkembangan Kognitif: Anak dengan keterlambatan perkembangan umum, seperti disabilitas intelektual, seringkali juga mengalami keterlambatan bicara.
Gangguan Spektrum Autisme (GSA): Anak-anak dengan GSA seringkali menunjukkan keterlambatan bicara atau pola bicara yang tidak biasa, serta kesulitan dalam interaksi sosial dan komunikasi nonverbal.
Kurangnya Stimulasi Lingkungan: Lingkungan yang kurang interaktif, di mana anak jarang diajak bicara, membaca, atau berinteraksi secara verbal, dapat memperlambat perkembangan bicaranya sejak dini.
Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan keterlambatan bicara atau gangguan bahasa dapat meningkatkan risiko penurunan pada anak.
Kondisi Medis Lain: Beberapa kondisi medis tertentu, seperti cerebral palsy atau sindrom genetik, juga dapat menyebabkan keterlambatan bicara.
Orang tua memiliki peran besar dalam membantu anak mengatasi keterlambatan bicara. IDAI menyarankan beberapa rekomendasi berikut.
Interaksi verbal yang konsisten adalah kunci untuk merangsang kemampuan bicara anak. Ajak anak berbicara sejak bayi, meskipun mereka belum bisa menjawab.
Misalnya, saat mengganti popok, katakan, “Ayo, kita ganti baju yang bersih!” dengan nada yang ceria.
Berbicara dengan bahasa yang jelas dan sederhana membantu anak memahami struktur bahasa dan memperkaya kosakata.
Bahkan jika anak hanya menunjuk atau mengeluarkan suara, responlah dengan kata-kata. Misalnya, jika ia menunjuk bola, katakan "oh, itu bola!" atau "ade mau main bola?" Ini mengajarkan anak bahwa komunikasinya memiliki makna.
Hindari memarahi atau membentak anak karena itu akan membuat mereka trauma dan takut berbicara. Biarkan mereka berbicara, lalu berikan koreksi dengan nada lembut dan menyenangkan.
Membacakan buku adalah cara terbaik untuk memperkenalkan kosakata baru, struktur kalimat, dan merangsang imajinasi.
Ajak anak menunjuk gambar, meniru suara, atau menebak kelanjutan cerita. Penelitian The Association of American Universities (AAU) menunjukkan bahwa anak yang dibacakan buku cerita bergambar memiliki kosakata 1,4 juta kata lebih banyak dibandingkan anak yang tidak dibacakan cerita.
Untuk itu, para orang tua bisa bijak memilih buku dengan gambar menarik dan cerita sederhana, lalu ajak anak menyebutkan nama benda atau tokoh dalam buku.
Misalnya, saat melihat gambar kucing, katakan, “Ini kucing, itu panda” lalu bantu anak untuk menirukan kata tersebut.
Musik adalah alat terapi yang menyenangkan dan efektif untuk membuat anak lebih bersemangat.
Menyanyikan lagu anak-anak seperti “balonku” atau “bintang kecil” sambil mengajak anak menari atau mengikuti gerakan.
Lagu anak-anak dengan irama berulang dan lirik sederhana sangat efektif untuk melatih ritme bicara dan menghafal kata-kata.
Penelitian terbaru menegaskan bahwa screen time yang berlebihan menghambat perkembangan bicara karena anak tidak terlatih menggunakan bahasa ekspresif.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan penggunaan screen time hanya untuk anak usia 18-24 bulan dalam bentuk video call dengan keluarga, dan maksimal satu jam per hari untuk anak usia 2-5 tahun.
Orang tua harus menonton bersama anak-anak untuk membantu mereka memahami apa yang mereka lihat sekaligus mencegah tontonan yang tidak bermanfaat atau merusak masa kecil mereka.
Alihkan perhatian anak ke aktivitas interaktif seperti bermain, mengobrol, atau melakukan eksplorasi di alam sekitar.
Anak belajar banyak dari interaksi dengan teman seusianya. Ajak anak bermain di taman atau ikut kelompok bermain (playgroup).
Berikan perintah sederhana seperti “ambil bonekanya” atau “lambaikan tangan ke atas”. Pastikan Anda memberi waktu bagi anak untuk merespons sebelum mengulangi perintah.
Perkembangan bicara membutuhkan waktu. Konsistensi dalam stimulasi dan kesabaran orang tua adalah kunci utama
Beri pujian, senyuman, dan pelukan setiap kali anak mengeluarkan suara atau kosakata baru yang baik.
Dengan begitu, mereka akan lebih bersemangat mendapatkan validasi dan rasa aman dari orang sekitarnya karena adanya positif.
Baca juga: Deteksi Tumbuh Kembang Anak - Jenis, Metode, Manfaat, dan Cara Melakukannya
Meskipun stimulasi di rumah sangat penting, ada kalanya bantuan profesional diperlukan. Jangan ragu untuk berkonsultasi jika:
Anak menunjukkan tanda-tanda peringatan dini yang disebutkan di atas.
Anda merasa khawatir atau tidak yakin dengan perkembangan bicara anak.
Anak tidak merespons suara atau namanya.
Anak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan bicara atau pendengaran.
Di RSIA Kemang Medical Care, Anda bisa menemukan solusi komprehensif untuk mengatasi masalah tersebut melalui Klinik Tumbuh Kembang Anak.
Tim Dokter Tumbuh Kembang Anak dan Tim Dokter Rehabilitasi Medik dan akan bekerja sama untuk melakukan diagnosis akurat dan merancang program terapi individual yang sesuai dengan kebutuhan unik setiap anak.
Di mana Terapi Wicara atau (Speech-Language Pathologist/SLP) spesialis utama yang akan melakukan asesmen mendalam untuk memahami kemampuan reseptif (pemahaman bahasa) dan ekspresif (penggunaan bahasa) anak, mengidentifikasi pola kesulitan, dan merancang program terapi yang individual untuk melatih artikulasi, memperkuat otot mulut, dan meningkatkan kemampuan komunikasi anak.
Dengan pendekatan yang terintegrasi dan fasilitas yang mendukung, RSIA Kemang Medical Care siap membantu buah hati Anda untuk mencapai potensi komunikasi terbaiknya.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi bagian pendaftaran di sini.
Sumber:
https://paudpedia.kemendikdasmen.go.id/berita/hal-yang-harus-dilakukan-saat-anak-terlambat-berbicara?do=MjAyMTA4MTAxMDAzNTctMmRlNDI5NDQ=&ix=My1jMzJlNmI1OQ==. Diakses 4 Juni 2025.
https://puskesmassesela-dikes.lombokbaratkab.go.id/artikel/penyebab-anak-terlambat-bicara-dan-cara-mengatasinya/. Diakses 4 Juni 2025.
https://lms.kemkes.go.id/courses/e43dd296-8130-4962-a040-e1ea0009487f. Diakses 4 Juni 2025.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara. Diakses 4 Juni 2025.
https://gsconlinepress.com/journals/gscarr/content/relationship-between-screen-time-and-speech-delay-1-2-year-old-children. Diakses 4 Juni 2025.
https://www.aau.edu/research-scholarship/featured-research-topics/million-word-gap-children-who-arent-read-home. Diakses 4 Juni 2025.